Wednesday, November 3, 2010

TIN-TIN

Ideologi Tintin


 
Artikel ini mengenai Hergé dan ideologinya. Hergé mulai membuat seri komiknya Tintin pada tahun 1929 untuk bagian anak-anak surat kabar Belgia berbahasa Perancis, Le Vingtième Siècle, yang berhaluan kanan dan mendukung kerajaan. Ia meneruskannya pada media-media lain sampai wafatnya pada tahun 1983.
Sebagai seorang seniman muda Hergé mendapat pengaruh dari guru-gurunya, terutama Abbé Wallez. Hal ini terlihat dalam karya-karya pentingnya, yaitu serial petualangan Tintin. Sementara Hergé secara ideologis berkembang, begitu pula serinya.

Album-album pertama

Album-album Tintin pertama, yang ditulis dan digambar pada dasawarsa 1920-an, bersifat anti-Uni Soviet, pro-kolonial dan anti-Amerika. Hal ini terlihat jelas pada ketiga album pertamanya, yang mengkritik orang Rusia yang komunis, penduduk asli Kongo, dan orang kulit putih Amerika. Orang Rusia yang komunis dianggapnya munafik dan kejam, sedangkan penduduk asli Kongo dianggapnya bodoh dan kekanak-kanakan. Sementara itu orang kulit putih Amerika juga banyak dikritik. Misalkan mereka banyak dianggap korup dan suka menindas bangsa Indian. Hergé berusia muda, berwarganegara Belgia, beragama Katholik dan menerbitkan karyanya dalam sebuah surat kabar Katholik. Komik-komiknya ini mencerminkan ideologi yang dominan di Belgia saat itu.

Perubahan dengan Lotus Biru

Banyak hal mulai berubah dengan album Lotus Biru (pertemuannya dengan Zhang Chongren kemungkinan mengubah pendapatnya): visinya tentang bangsa Tionghoa lebih lembut dan bisa dianggap anti-imperialisme. Album ini mengkritik Jepang dan pengaruh Dunia Barat di China, termasuk daerah konsesi internasional dan invasi tentara Dai Nippon di Manchuria. Orang-orang Barat berkulit putih yang tak simpatik, terutama orang Britania Raya, digambarkan di sini suka mengutarakan pendapat dan penghinaan berbau SARA.
Meski orang-orang Tionghoa, digambarkan simpatik, Hergé kurang objektif dalam menggambarkan orang-orang Jepang. Penggambarannya tentang orang-orang Jepang sangat karikatural dan menghina pula. Namun pada salah satu album selanjutnya, Kepiting Bercapit Emas, salah seorang protagonisnya adalah seorang warga Jepang yang tidak digambarkan secara buruk.
Album Lotus Biru ini dianggap kontroversial karena muatan politiknya, sehingga di Inggris baru diterbitkan pada tahun 1984. Oleh karena versi Indonesia berdasarkan versi Inggris, maka juga baru diterbitkan pada pertengahan dasawarsa 1980-an.

[Perang Dunia II

Hal-hal kemudian menjadi lebih rumit, dalam album Patung Kuping Belah, Hergé mengkritik perang yang memperebutkan Gran Chaco (dalam album disebut Gran Chapo) di Amerika Latin dan seorang pedagang senjata bernama Bazil Zaharoff (dalam album disebut Basil Basaroff). Dalam album ini, Hergé menciptakan negara-negara fiktifnya, San Theodoros dan Nuevo Rico.
Album Tongkat Raja Ottokar, terang-terangan anti-Nazi. Di sini ditulis bagaimana seseorang kepala partai bernama Musstler (MUSSolini-hiTLER) berusaha menggulingkan raja Syldavia Muskar XII supaya negara ini bisa bersatu dengan Borduria, negara tetangganya. Situasi ini sangat mirip dengan Anschluss di Austria pada 1938.
Beberapa album lebih kontroversial. Versi awal dan yang tak pernah diselesaikan dari Negeri Emas Hitam pada umumnya dianggap pro-Arab, anti-Zionisme Yahudi dan anti-Britania Raya. Dari cerita ini akhirnya akan terbit tiga versi. Dalam kedua versi pertama setting cerita adalah Israel, Palestina, dan Jordania. Pertempuran antara kelompok Irgun, pejuang Arab-Palestina dan tentara Britania Raya diperlihatkan.Tetapi karena masalah ini sangat sensitif, maka dalam versi terakhir Hergé memakai negara fiktif, setting cerita berada di Khemed. Hal ini dilakukannya atas permintaan penerbit di Inggris.
Kemudian sebuah album yang juga kontroversial adalah Bintang Jatuh. Di sini diceritakan tentang perlombaan dua tim yang mencoba mencapai sebuah meteor yang jatuh di Laut Arktik. Perlombaan ini bisa ditafsirkan sebagai kompetisi antara orang Eropa dengan orang Inggris-Amerika. Suporter orang Inggris-Amerika ini memiliki sebuah nama Yahudi, meski di beberapa versi telah diubah dan Tintin menerbangkan sebuah pesawat Jerman (Arado Ar 196). Sedangkan yang lain mengatakan bahwa ideologi ini tidak terlalu jelas dan kemungkinan memang dilaksanakan secara sengaja untuk mengecoh sensor, namun hal ini bisa dipertentangkan.
Yang jelas setelah Perang Dunia II berakhir, Hergé sempat ditahan dan dilarang publikasi karena dianggap bekerja sama dengan Tentara Jerman yang menduduki Belgia saat itu (1940-1944). Secara harafiah Hergé tidak bekerja sama dengan mereka tetapi ia menerbitkan karyanya dalam koran Belgia Le Soir yang kala itu dikuasai oleh orang-orang pro Jerman. Kemudian secara umum diterima bahwa Hergé semasa itu menghindari untuk menulis karya-karya Tintin yang kontroversial. Cerita-cerita yang ditulis kala itu, Bintang Jatuh, Rahasia Kapal Unicorn, dan Harta Karun Rackham Merah, merupakan cerita di mana para protagonisnya meninggalkan dunia politik yang dikenal untuk pergi mencari harta karun di tempat lain.

[sunting] Pasca Perang

Penculikan Calculus adalah anti-Stalin tetapi tidak ada yang kontroversial secara spesifik di dalamnya.
Dalam Hiu-Hiu Laut Merah, Hergé mengkritik perdagangan manusia dan perbudakan yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Di sini ada sebuah catatan penting, ketika Tintin mendengar tentang hal ini, ia menjadi marah tetapi lawan bicaranya Emir Bin Kalish Ezab, menerimanya secara diam-diam. Ia hanya mau membeberkannya kepada dunia ketika maskapai penerbangan Arabair menolak untuk melakukan looping demi memanjakan putranya Abdullah. Album ini sedikit mengingatkan kita akan perlakuan para TKI di Timur Tengah dan khususnya di Arab Saudi dewasa ini.
Dalam album Zamrud Castafiore, Kapten Haddock dan Tintin membela sebuah komunitas gipsi yang berkemah di sebuah tempat pembuangan sampah, karena mereka tidak diperbolehkan untuk berkemah di tempat lain. Kapten Haddock melihat hal ini kemudian merasa kasihan dan mengundang mereka untuk berkemah di tanahnya di sekitar Marlinspike Hall, meski tidak disetujui oleh pembantunya, Nestor. Kemudian hal menjadi lebih rumit dengan beberapa kasus hilangnya barang-barang di mana kaum gipsi ini dituduh sebagai pelakunya.
Dengan tokoh Lazlo Carreidas dalam album Penerbangan 714, Hergé kelihatannya mengkritik Marcel Dassault, seorang penjual senjata Yahudi. Oleh beberapa kalangan hal ini dianggap anti-semitik atau menghina orang Yahudi. Namun tidak ada rujukan apapun jua bahwa ia sebenarnya seorang Yahudi. Hergé memang sering mengkritik para penjual senjata seperti Bazil Zaharoff, De Havilland dan Vickers Armstrong. Kemudian ada sebuah hal kontroversial lainnya lagi. Dalam album ini, Rastapopoulos dalam menghilangkan jejaknya membajak pesawat, menggunakan para pejuang Sondonesia, yang kemungkinan nama tersebut tercipta dari kata Sunda dan Indonesia.

Tintin dan Picaros

Album kontroversial terakhir adalah Tintin dan Picaros; album ini telah dianggap baik berideologi kanan maupun kiri. Dalam album ini, Tintin banyak berubah. Di mana para penggemar terkejut akan perubahan segi luar, inilah album pertama Tintin di mana ia berubah dari seorang pahlawan tanpa muka menjadi seorang hidup yang berdarah dan berdaging. Dalam album-album sebelumnya, sang wartawan ini mampu merupakan lingkungannya menjadi lebih baik, di sini ia juga mampu mengubah lingkungannya, tidak kurang dengan menggunakan revolusi. Atau begitulah tampaknya, sebab dalam halaman terakhir album ini, Hergé memperlihatkan bagaimana pemerintahan orde yang baru masih memakai kaum militer untuk menjaga keamanan di perkampungan kumuh, di mana para pemukimnya keadaannya tidak menjadi lebih baik maupun lebih buruk.

No comments:

Post a Comment